Musim pertama Lewis Hamilton bersama Ferrari berjalan jauh dari ekspektasi publik. Meskipun sempat meraih kemenangan pada akhir pekan sprint di Cina, performanya lebih sering naik turun. Dibawah ini akan ada pembahasan berita sport global menarik lainnya di SPORTS EVERY ONE.
Sementara itu, Charles Leclerc justru tampil lebih konsisten dengan tujuh podium dan satu pole position yang ia kantongi musim ini. Ekspektasi besar muncul saat Ferrari mengamankan jasa juara dunia tujuh kali tersebut. Banyak yang percaya kehadirannya akan langsung membawa Ferrari bersaing di puncak.
Namun kenyataannya, proses adaptasi tidak semudah membalikkan telapak tangan dan Hamilton pun mengakui bahwa ia masih mencari ritme terbaiknya di bawah bendera merah. Hamilton menyebut bahwa tekanan untuk menang di Ferrari lebih berat dibandingkan tim lain. Kemenangan dianggap sebagai kewajiban, bukan sekadar target. Hal inilah yang membuat proses adaptasi membutuhkan waktu lebih panjang dari yang dibayangkan.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
Tekanan Besar di Tim dengan Sejarah Panjang
Dalam wawancara bersama Ferrari, Hamilton mengungkapkan bahwa dampak kepindahannya ternyata jauh lebih besar dari perkiraan. Ia menyebut menyelaraskan identitas dirinya dengan Ferrari adalah tugas yang menantang namun penuh kebanggaan. Publik dan media menaruh sorotan tinggi pada setiap hasil yang ia capai.
Hamilton menyadari bahwa tidak semua orang memahami sulitnya berganti tim, terutama yang memiliki sistem kerja sangat berbeda. Ia menegaskan bahwa hanya orang-orang yang benar-benar berada di dalam lingkungan tim balap yang paham seberapa kompleks dunia Formula 1. Menurutnya, adaptasi teknis dan komunikasi menjadi kunci penting.
Karena itu, Hamilton memilih fokus pada hal-hal yang dapat ia kendalikan. Ia ingin terus memberikan energi positif, bekerja keras, serta membangun hubungan yang lebih kuat dengan seluruh anggota tim. Baginya, itu adalah fondasi sebelum mencapai hasil besar.
Baca Juga: Tommy Fleetwood Raih Kemenangan Gemilang di Kejuaraan India, Musim Terbaiknya Terus Bersinar
Perlombaan Internal dan Selisih Poin
Saat ini di klasemen pembalap, Leclerc berada di posisi kelima dengan 210 poin, sementara Hamilton berada di urutan keenam dengan 146 poin setelah 20 seri balapan. Selisih ini cukup besar dan menjadi gambaran bahwa Hamilton masih perlu mengejar ketertinggalan.
Namun, Hamilton tidak memandang situasi itu sebagai tekanan tambahan. Ia justru menganggapnya sebagai motivasi untuk berkembang lebih baik. Dengan sisa musim yang masih menyisakan tantangan panjang, peluang memperbaiki posisi tetap terbuka.
Ferrari percaya bahwa potensi Hamilton masih jauh dari kata habis. Dengan pengalaman luar biasa dan kemampuan membaca balapan, ia diyakini dapat menjadi faktor penentu ketika mobil semakin kompetitif.
Menyatu dengan Budaya Ferrari
Usai 12 tahun berseragam Mercedes, mengenakan warna merah Ferrari menjadi pengalaman emosional bagi Hamilton. Ia menyebut Ferrari bukan hanya tim balap, tetapi sebuah warisan besar yang memadukan budaya, sejarah, dan gairah khas Italia. Hal inilah yang membuatnya bangga bisa menjadi bagian dari keluarga Ferrari.
Hamilton sempat khawatir soal perbedaan budaya antara dirinya dan orang Italia. Namun ia merasa disambut sangat baik dan menganggap hubungan manusia adalah jembatan yang menghilangkan segala perbedaan. Di Ferrari, ia merasakan lingkungan yang lebih hangat dan penuh ekspresi.
Ia menambahkan bahwa tidak ada tim lain yang memiliki karakter sekuat Ferrari. Gaya terbuka orang Italia dalam menunjukkan emosi menjadi energi berharga bagi Hamilton. Ia yakin, dengan kebersamaan dan waktu yang cukup, impian besar bersama Ferrari akan segera menjadi kenyataan. Manfaatkan waktu luang Anda untuk mengeksplor berita sport global menarik lainnya di sports4everyone.org.